BAB I. HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BAB II. HOW PEOPLE LEARN? BAB III. TEORI BELAJAR EDUKATIF
BAB IV. TEORI BELAJAR YANG PALING BERPENGARUH BAB V. PERBEDAAN TIPE-TIPE BELAJAR BAB VI. ANTARA TEORI BELAJAR DAN PRAKTEK
BAB VII. GAYA BELAJAR BAB VIII. PENGORGANISASIAN PROSES BELAJAR BAB IX. EVALUASI BELAJAR
BAB X. PENDIDIKAN KARAKTER BAB XI. TEORI BELAJAR USIA DEWASA  
     

BAB III
TEORI BELAJAR EDUKATIF

Theorist

Theory

Description

Ausubel

Subsumption Theory

Mechanism by which new material presented in academic settings (lectures) can be integrated into existing mental structures. For subsumption to occur, the presentation of new knowledge should be preceded by "advance organizers."

Bandura

Observational Learning Theory

Behavior can be learned through observation of others.

Bruner

Constructivist Theory

Individuals actively construct knowledge by comparing new ideas or concepts with their current knowledge (schema or mental models).

Comenius

Pansophism
(universal knowledge)

The idea that learning, emotional, and spiritual growth are interwoven. Proposed teaching through stimulation of the senses, not merely through memorization. Considered the "Father of Modern Education."

Dewey

Learning by Doing

Learning occurs through experience.

Erikson

Socioemotional Development

Erikson's "Eight Stages of Man" describes a series of crises individuals pass through at different ages. The stages begin with "trust versus mistrust" in infancy and continue through a series of paired outcomes for each age through older adulthood.

Festinger

Cognitive Dissonance

Inconsistencies between behaviors and beliefs motivate people to change. One basis for constructivism.

Freud

Levels of Consciousness

The mind operates at different levels: conscious versus unconscious. He further subdivided the mind into the id (primitive motivations), ego (logical portion of the mind which acts to satisfy the id - when possible), and the super-ego (the conscience).

Gagne

Conditions of Learning

For different kids of learning (motor skills, verbal skills) different conditions are needed, so different strategies should be used.

Gardner

Multiple Intelligences

Each individual possesses seven distinct and measurable forms of intelligence: linguistic, logical-mathematical, spatial, body-kinesthetic, musical, intrapersonal, and interpersonal.

Kohlberg

Stages of Moral Development

Pre-Conventional - based on self-centered interests
Conventional - based on conformity to local expectations
Post-Conventional - based on higher principles

Locke

Tabula Rasa

The idea that individuals are "blank slates" on which teachers could "write" knowledge. A forerunner of behaviorism.

Maslow

Hierarchy of Needs

Humans naturally strive to satisfy needs. The five levels of needs, from lowest to highest, are:
physiological, safety, love, esteem, self-actualization.
Lower level needs must be satisfied before the individual can move on to satisfy higher level needs.

Miller

Information Processing Theory

Short term memory can only hold 5-9 "chunks" of information at a time. A chunk can be any meaningful idea like a word, an identifiable image, or a digit.

Pavlov

Classical Conditioning
(Behaviorism)

The association of new responses with existing stimulus-response pairs. Classic example is pairing the ringing of a bell with presentation of food to dogs. After repeated pairing, the dogs will salivate upon hearing the bell (even if food is not presented). Original stimulus (S) response (R) pair is food -- salivate. New S-R pair is bell -- salivate.

Piaget

Genetic Epistemology

Developmental stages of child development:
0-2 years: "sensorimotor" - motor development
3-7 years: "preoperation" - intuitive
8-11 years: "concrete operational" - logical, but non-abstract
12-15 years: "formal operations" - abstract thinking

Rogers

Experiential Learning

Two types of knowledge: academic and experiential. Unlike academic knowledge, experiential knowledge is acquired to meet the needs of the learner, usually to complete an important, real-life task. Example: Learning to drive a car.

Skinner

Operant Conditioning
(Behaviorism)

Learning is the result of changes in behavior. As stimulus-response cycles are reinforced, individuals are "conditioned" to respond. Distinguished from Connectionism because individuals can initiate responses, not merely respond to stimuli.

Thorndike

Connectionism
(Behaviorism)

Learners form associations or connections between a stimulus and a response. Through trial and error, rewarded responses would be strengthened.

Vygotsky

Social Development Theory and ZPD

Social interaction is critical for cognitive development. Related to this is the idea of a "Zone of Proximal Development (ZPD)." Some skills, an individual can perform independently. Other skills can be performed if the individual has assistance. Skills that can be performed with assistance are said to be within an individual's ZPD. The ZPD is the theoretical basis for scaffolding.

Watson

Behaviorism

Proposed that most human learning and behavior was controlled by experience (not genetically pre-determined). Believed the only behaviors that should be studied are the "observable" ones.

Wertheimer

Gestalt Theory

Some ideas can only be understood as part of a "bigger picture" Important in problem-solving.

TIGA KATEGORI UTAMA TEORI BELAJAR

Siswa belajar

Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses Pembelajaran, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)

Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung di kelas.

Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).

Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”.

Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987: 150) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.

Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu : Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan yang akan datang. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis.

Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan. Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar mengajar yang tepat.

Macam-macam Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

1. Teori belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

 

 

BACK

 

- -
- -
  -

 

-

 

-  
   
   

-